Kaitan Amblesnya Tanah Jakarta dan Tanah Pakistan
Gempa Aceh April 2012 dan Terangkatnya Lempeng Indo-Australia
Status Tahap 7 : November 2012
Dasar Laut Indonesia Ambles : Bukti Des. 2010 sampai Feb. 2011
Gempa Aceh April 2012 dan Terangkatnya Lempeng Indo-Australia
Status Tahap 7 : November 2012
Dasar Laut Indonesia Ambles : Bukti Des. 2010 sampai Feb. 2011
Tak ada habisnya rasanya peringatan-peringatan untuk waspada terhadap bencana-bencana penurunan tanah ke bawah muka laut, banjir bandang, dan longsor, yang dikumandangkan alam dan yang diberitakan di media-media massa Indonesia maupun luar negeri, meskipun semuanya tak menyatakan kondisi yang sebenarnya. Penurunan daratan terus mengancam Indonesia seperti prediksi ZetaTalk. Berikut berita-berita tentang waspada terhadap penurunan tanah dan banjir selama 2011.
26 Des. 2011: SBY: Jangan Lengah terhadap Banjir, Tahun Depan Jakarta Bisa Tenggelam LensaIndonesia: SBY selaku presiden menegur Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke) yang memegang Jakarta. Pasalnya, Foke yakin Jakarta tidak akan banjir karena selama dua bulan terakhir Pemprov DKI Jakarta menggelar berbagai upaya untuk mengantisipasi bencana banjir. “Jangan buru-buru merasa aman dari banjir sehingga menjadi lengah. Tahun depan bisa beda bila curah hujannya tinggi, Jakarta bisa banjir (tenggelam)” kata SBY keras kepada Foke dalam rapat antisipasi banjir di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Jumat (25/11). Sebelumnya, presiden menyatakan bila selama empat tahun terakhir kota Jakarta relatif ‘selamat’ dari banjir. Tapi bila merujuk prakiraan BMKG bahwa pada akhir 2011 dan awal 2012 akan terjadi suatu perubahan iklim yang perlu diwaspadai, maka langkah antisipasi menjadi suatu kebutuhan mendesak. “Saya yakin Pak Gubernur sudah menyiapkan semuanya, tapi mari kita bersinergi agar tidak ada lagi yang tidak kita siapkan untuk mengurangi resiko,” nasihat SBY yang didengarkan Foke dengan manggut-manggut. Lebih lanjut, Presiden SBY memberikan apresiasi ke beberapa daerah yang ternyata lebih tanggap dalam aksi antisipasi. Mulai dari perbaikan di titik-titik genangan air, pasokan logistik yang akurat sampai efektivitas posko-posko di lapangan. “Mari pengalaman yang baik ini kita lanjutkan. Persiapkan warga masyarakat di semua RT-RW. Bila semua aktif, maka lebih efektif kita mengatasi banjir,” kata Kepala negara.
BNPB: Banjir Jawa Tidak Akan Separah Bangkok
BNPB: Banjir Jawa Tidak Akan Separah Bangkok
Vivanews: DKI Khawatir Dampak Tanggul Raksasa. Pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) sangat mendesak. Sebab penurunan muka tanah (land subsidence) di Jakarta sudah semakin parah. Proyek bernilai milyaran dolar Amerika Serikat ini juga diharapkan dapat mensuplai air bersih ke ibukota. Apalagi krisis air bersih di Jakarta kian memprihatinkan. Meski begitu, hingga kini belum diketahui dampak lingkungan yang mungkin terjadi selama pembangunan di pantai utara Jakarta itu dilakukan. "Saya juga khawatir, tapi kami tidak akan berhenti di situ," kata Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, di Balaikota DKI Jakarta, Jumat, 25 November 2011.
25 Nov. 2011: Indonesia Bisa Seperti Thailand
Sekretariat Kabinet: Ada Kemungkinan Terjadi Cuaca Ekstrim. "Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengisyaratkan kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem di tanah air yang bisa memicu terjadinya bencana besar seperti yang terjadi di negara-negara tetangga seperti Thailand dan Filipina. “Secara umum iklim di seluruh wilayah Indonesia dipastikan normal namun ada kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem,” papar Kepala BMKG, Dr. Sri Woro Buadiati Harijono kepada wartawan seusai Sidang Kabinet Terbatas, di kantor Presiden, Jumat (25/11). Menurut Kepala BMKG, terdapat bibit badai di atas perairan selatan Kupang, NTT. Apakah bibit tersebut akan berkembang menjadi badai tropis yang berdampak pada penambahan curah hujan seperti penyebab banjir di Thailand dan Filipina, baru bida diketahui tiga hari ke depan. “Kita lihat tiga hari ke depan apakah mereka akan mati atau terus hidup. Bila mereka hidup, maka kita akan ketambahan curah hujan,” tutur Sri Woro. Sri Woro menjelaskan, daerah yang patut diwaspadai adalah perairan di selatan Jawa dan NTT. “Ini kelihatan dari tingginya ombak,” lanjutnya.
14 Nov. 2011: Awas, Banjir Seperti di Thailand juga Ancam Indonesia (mediaindonesia). Pemerintah mengakui adanya ancaman banjir besar di Indonesia yang menyerupai banjir di Thailand, di awal tahun 2012. Namun, pemerintah menghimbau masyarakat tidak perlu panik karena pemerintah daerah dan pemerintah pusat telah melakukan langkah antisipasi. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Sri Sri Woro Buadiati seusai Rapat Antisipasi Banjir di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (14/11)."
24 Nov. 2011: Sudah saatnya evakuasi Jakarta Utara
Jakartapost: Time to ‘evacuate low-lying areas'. [terjemahan bebas] "Para pakar perencanaan kota telah meminta kepada pemerintah Jakarta untuk segera mengevakuasi daerah-daerah tanah rendah di area pantai utara Jakarta, mengatakan bahwa wilayah tersebut tak lagi dapat menyokong kehidupan manusia. Seorang pakar manajemen area pantai dari Universitas Gajah Mada di Yogyakarta, Muhammad Aris Marfai, mengatakan pada Kamis bahwa daerah-daerah seperti Penjaringan, Muara Angke, dan Tanjung Priok akan selamanya terendam oleh air laut yang naik dan tak lagi dapat menyokong kehidupan. ... Kondisi-kondisi di Jakarta Utara memburuk dengan cepatnya. Idealnya, daerah-daerah itu seharusnya tak lagi didiami," ujar Aris saat diwawancara di luar saat menghadiri acara World Delta Summit di Jakarta International Convention Center."
17 Nov. 2011: Banjir Ancam Jawa
Vivanews: Jawa Terancam Banjir, Ini Aksi Kementerian PU. Citarum dari hulu ke hilir akan dirapikan. Tanggul-tanggul di Bengawan Solo diremajakan. Direktur Jenderal SDA Muhammad Amron mengatakan untuk menanggulangi banjir pihaknya akan terus membangun proyek-proyek yang sudah ada. Terutama, di daerah-daerah yang dianggap wilayah darurat, yaitu daerah yang saat ini terkena banjir. Misalnya daerah di Jakarta, Sulawesi Selatan, Semarang, Surabaya, Medan dan Gorontalo. ....Amron menjelaskan, di Jakarta sendiri di sungai Citarum dan Sunter. "Citarum itu dari hulu ke hilir," kata dia. Sementara di daerah lain yaitu di Bengawan Solo akan dibangun waduk-waduk kecil untuk mencegah meluapnya air sungai. Pembangunan itu, karena kapasitas tampung di sungai itu sudah mulai turun.
16 Nov. 2011: Ancaman Banjir Jawa Akhir 2011 - Januari 2012
Vivanews: Januari 2012, Jawa Terancam Banjir Besar. "Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan prediksi banjir dari LAPAN, diperkirakan sekitar 98 kabupaten/kota di Pulau Jawa akan terendam banjir pada Desember 2011 hingga Januari 2012. ......khususnya di daerah cekungan, bantaran sungai, dan daerah yang secara alamiah sering terjadi banjir. ......sekitar 120 juta jiwa tinggal di Jawa dan menempati daerah-daerah rawan bencana,” ujar Sutopo dalam pesan tertulis kepada VIVAnews, Rabu 16 November 2011. ...11 provinsi di Indonesia dinyatakan rawan banjir bandang, ...16 provinsi dinyatakan rawan bencana longsor. ....Sebelas provinsi rawan banjir itu adalah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sementara 16 provinsi yang diidentifikasi sebagai daerah rawan longsor antara lain NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Jambi, Sumsel, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Sumsel, Sumut, NTB, NTT, Papua Barat, dan Papua."
16 Nov. 2011: Banjir Bandang dan Longsor Ancam 11 Provinsi Indonesia
Sebelas provinsi di Indonesia dinyatakan rawan banjir bandang. Sementara 16 provinsi dinyatakan rawan bencana longsor. Pemetaan itu dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Pu, dan Bakosurtanal. Sebelas provinsi rawan banjir itu adalah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sementara, 16 provinsi yang diidentifikasi sebagai daerah rawan longsor antara lain NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Jambi, Sumsel, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Sumsel, Sumut, NTB, NTT, Papua Barat, dan Papua. Dari data itu, terdapat 172 kabupaten/ kota yang berisiko tinggi terkena bencana banjir, dan 118 kabupaten/ kota berisiko sedang. Sedangkan risiko tiggi dari bencana longsor sebanyak 154 kabupaten/ kota, dan 149 kabupaten/ kota berisiko sedang. "Ancaman banjir musim penghujan periode 2011-2012 sangat nyata. Pada umumnya wilayah di Indonesia Barat, bencana banjir lebih dominan karena menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian timur. Sedangkan di bagian timur Indonesia potensi banjir bandang lebih dominan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo, di Kantor BNPB, Jakarta, Rabu, 16 November 2011.
16 Nov. 2011: Waspada, Banjir Bandang Landa Indonesia
BNPB perkirakan Jakarta akan terjadi banjir besar siklus 5 tahunan. Berdasarkan prediksi banjir dari LAPAN, diperkirakan sekitar 98 kabupaten/kota di Pulau Jawa akan terendam banjir pada Desember 2011 hingga Januari 2012. Banjir diprediksi terjadi di dataran, khususnya di daerah cekungan, bantaran sungai, dan daerah yang secara alamiah sering terjadi banjir. “Banjir dan longsor di Pulau Jawa tentu dapat menimbulkan korban dan kerugian yang besar, sebab sekitar 120 juta jiwa tinggal di Jawa dan menempati daerah-daerah rawan bencana,” tambah Sutopo.
16 Maret 2011: Januari 2012, Banjir Besar Ancam Jakarta.
16 Maret 2011: Januari 2012, Banjir Besar Ancam Jakarta.
Tempo: Ibu Kota terancam banjir besar. Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menunjukkan banjir besar mengancam Ibu Kota sejak November 2011 hingga dua bulan berikutnya. "Intensitas hujan tertinggi Jakarta akan terjadi pada Januari 2012," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta Pusat, Rabu 16 November 2011.
2 Maret 2009: 2012 Jakarta Bakal Tenggelam
2 Maret 2009: 2012 Jakarta Bakal Tenggelam
Koran Tempo: Edisi 2 Maret 2009: Peneliti Teknik Lingkungan Universitas Indonesia , Firdaus Ali, memperkirakan Jakarta akan tenggelam sebelum tahun 2012. Itu lantaran penyedotan air tanah secara berlebihan di Jakarta sehingga permukaan tanah Ibu Kota semakin turun. “Tidak hanya tenggelam, kita juga akan kehausan,” kata doktor lulusan University of Wisconsin ini saat dihubungi Tempo kemarin. Perhitungan tersebut berdasarkan data penurunan permukaan tanah di Jakarta yang rata-rata 10 sentimeter setiap tahun. Di Jakarta Barat, selama 11 tahun terakhir, permukaan tanah turun 1,2 meter. Di wilayah Kemayoran dan Thamrin, Jakarta Pusat, dalam 8 tahun terakhir turun 80 sentimeter. “Jika kondisi ini terus berlanjut, permukaan tanah Jakarta akan berada di bawah permukaan air laut,” ujar Firdaus.
18 Sept. 2011: Tenggelam: Jakarta Utara Tahun 2030
Vivanews: Walhi: Tahun 2030 Jakarta Utara Tenggelam. Penurunan tanah Jakarta 18-26 cm per tahun. Makin tinggi di Jakarta Utara. Ibukota Jakarta diprediksi tenggelam pada 2030. Perkiraan ini bisa terjadi apabila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak segera mengantisipasi. Pasalnya saat ini hampir 50 persen wilayah Jakarta rawan amblas. Menurut Direktur Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI, Ubaidillah, berdasarkan penelitian yang dilakukan ITB Bandung, terbukti dari laju penurunan tanah Jakarta yang meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun pada kurun 1982 - 1992 menjadi 18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah Jakarta Utara. Menurut dia, kondisi alam di ibukota telah mencapai titik kronis, penyebab utamanya lantaran minimnya daerah resapan. Dari data yang dimiliki Wahli, setiap tahunnya Jakarta defisit air tanah sebanyak 66,6 juta meter kubik setiap tahunnya.
2 Feb. 2011: Ancaman Tsunami di Jakarta
Vivanews: Tsunami Kecil Bisa Landa Jakarta. Makanya, pembangunan dam atau tanggul raksasa sangat mendesak direalisasikan. Pembangunan giant sea wall atau dam raksasa dianggap begitu mendesak karena penurunan muka tanah (land subsidence) terus terjadi dan tidak bisa dihindari. Bila tidak segera dilakukan diprediksi Jakarta bisa dilanda tsunami kecil. Peneliti geodesy Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas mengatakan, giant sea wall merupakan solusi yang paling realistis diterapkan di Jakarta untuk menghindari bencana banjir yang makin parah tiap tahunnya. Menurut Heri, yang paling mengkhawatirkan kalau terjadi di dekat pantai. Air laut bisa tumpah menggenangi daratan, seperti rob. Kejadian ini diprediksi bisa membuat tanah menurun hingga 6 meter. "Terbayang nanti bukan rob lagi, tapi bisa jadi tsunami kecil," ungkap Heri kepada VIVAnews.com di Jakarta. Heri mencontohkan, salah satu lokasi yang telah diteli bersama timnya adalah Pintu Air Pasar Ikan, Jakarta Utara. Kini air laut di kawasan itu telah mencapai dua meter, apabila pintu air dibuka bisa membuat bencana Situ Gintung terulang. "Kalau Situ Gintung airnya terbatas. Kalau ini air laut, kebayang bila airnya tak akan habis terus mengalir menggenangi seluruh area Jakarta," katanya.
18 Sept. 2011: Tenggelam: Jakarta Utara Tahun 2030
Vivanews: Walhi: Tahun 2030 Jakarta Utara Tenggelam. Penurunan tanah Jakarta 18-26 cm per tahun. Makin tinggi di Jakarta Utara. Ibukota Jakarta diprediksi tenggelam pada 2030. Perkiraan ini bisa terjadi apabila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak segera mengantisipasi. Pasalnya saat ini hampir 50 persen wilayah Jakarta rawan amblas. Menurut Direktur Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI, Ubaidillah, berdasarkan penelitian yang dilakukan ITB Bandung, terbukti dari laju penurunan tanah Jakarta yang meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun pada kurun 1982 - 1992 menjadi 18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah Jakarta Utara. Menurut dia, kondisi alam di ibukota telah mencapai titik kronis, penyebab utamanya lantaran minimnya daerah resapan. Dari data yang dimiliki Wahli, setiap tahunnya Jakarta defisit air tanah sebanyak 66,6 juta meter kubik setiap tahunnya.
2 Feb. 2011: Ancaman Tsunami di Jakarta
Vivanews: Tsunami Kecil Bisa Landa Jakarta. Makanya, pembangunan dam atau tanggul raksasa sangat mendesak direalisasikan. Pembangunan giant sea wall atau dam raksasa dianggap begitu mendesak karena penurunan muka tanah (land subsidence) terus terjadi dan tidak bisa dihindari. Bila tidak segera dilakukan diprediksi Jakarta bisa dilanda tsunami kecil. Peneliti geodesy Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas mengatakan, giant sea wall merupakan solusi yang paling realistis diterapkan di Jakarta untuk menghindari bencana banjir yang makin parah tiap tahunnya. Menurut Heri, yang paling mengkhawatirkan kalau terjadi di dekat pantai. Air laut bisa tumpah menggenangi daratan, seperti rob. Kejadian ini diprediksi bisa membuat tanah menurun hingga 6 meter. "Terbayang nanti bukan rob lagi, tapi bisa jadi tsunami kecil," ungkap Heri kepada VIVAnews.com di Jakarta. Heri mencontohkan, salah satu lokasi yang telah diteli bersama timnya adalah Pintu Air Pasar Ikan, Jakarta Utara. Kini air laut di kawasan itu telah mencapai dua meter, apabila pintu air dibuka bisa membuat bencana Situ Gintung terulang. "Kalau Situ Gintung airnya terbatas. Kalau ini air laut, kebayang bila airnya tak akan habis terus mengalir menggenangi seluruh area Jakarta," katanya.