Jumat, 21 Desember 2012

Lenyapnya Sandy Island : Pembengkokan Lempeng Indo-Australia

Efek/Dampak Planet X


Lempeng Indo-Australia
 credit: thetruthbehindscenes.org

Pada Nov. 2012 kemarin, muncul berita di media-media massa besar Inggris tentang sebuah pulau yang tiba-tiba lenyap tanpa bekas dari muka bumi. Pulau tersebut bernama Sandy Island, di lepas pantai New Caledonia, di Laut Coral. Pulau ini, yang ditemukan pada 1876, sudah ada dalam peta shipping selama lebih dari satu abad dan di Google Earth hingga baru-baru ini.
The Island that Vanished off the Face of the Earth, November 22, 2012: http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2236952/Phantom-island-shown-Google-Earth-does-exist A tiny island in the Pacific which appears on a range of maps seems to have disappeared without a trace. Australian scientists who went in search of Sandy Island - which appears midway between Australia and the French-governed New Caledonia on Google Earth among other world maps - found nothing but sea when they arrived. The Times Atlas of the World appears to identify the sizeable phantom island in the Coral Sea as Sable Island, and weather maps used by the Southern Surveyor, an Australian maritime research vessel also say it exists.  
South Pacific Sandy Island 'proven not to exist', November 22, 2012http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-20442487 A South Pacific island, shown on marine charts and world maps as well as on Google Earth and Google Maps, does not exist, Australian scientists say. The supposedly sizeable strip of land, named Sandy Island on Google maps, was positioned midway between Australia and French-governed New Caledonia.  But when scientists from the University of Sydney went to the area, they found only the blue ocean of the Coral Sea. The phantom island has featured in publications for at least a decade. Scientist Maria Seton, who was on the ship, said that the team was expecting land, not 1,400m (4,620ft) of deep ocean.  A 1908 Auckland Museum map indicates Sandy Island in the Coral Sea was discovered by the ship Velocity in 1876.
 Sandy Island di Peta Auckland Museum 1908
The Pacific island that never was, November 22, 2012: http://www.guardian.co.uk/world/2012/nov/22/sandy-island-missing-google-earth : Sandy Island 'may turn up nearby' after geologists find no trace of it despite featuring on Google Earth and various maps. For more than a decade it has featured on the world's maps. Viewed from Google Earth, Sandy Island appears as a dark, tantalising sliver, set amid the shimmering vastness of the Pacific Ocean. But when marine scientists arrived at the island in the Coral Sea off Australia they were in for something of a shock: it didn't exist. Where there was supposed to be a sandy outcrop complete with palm trees, a few coconuts and maybe a turtle there was merely blue undulating water. 
Where did it go? Australian scientists un-discover phantom Pacific island that appears on world maps, November 22, 2012: http://www.independent.co.uk/news/world/australasia/where-did-it-go-australian-scientists-undiscover-phantom-pacific-island-that-appears-on-world-maps-8343611.html It is every explorer’s wish to discover unmapped territory – but few expect to undiscover territory that is already mapped. That is what happened to a team of Australian scientists who found themselves sailing through what appeared on charts as a large island during a research trip in the South Pacific. Sandy Island – according to Google Earth, world maps, marine charts and scientific publications – lies in the Coral Sea, between northern Australia and the French territory of New Caledonia. Except that it doesn’t, as the scientists discovered – or undiscovered – during their recent 25-day voyage. Where the  island was marked on maps they found  only deep blue ocean – very deep, as it turned out.   

Kemana Perginya?
ZetaTalk menjelaskan bahwa lenyapnya Sandy Island merupakan efek dari penggelombangan lempeng Indo-Australia dalam Tahap 7 sekarang ini. 

Pergerakan lempeng-lempeng tektonik, meskipun telah diketahui arah-arahnya, sangatlah rumit, karena lempeng-lempeng besar itu ada yang terbagi-bagi lagi menjadi lempeng-lempeng yang lebih kecil dan setiap lempeng memiliki strata bebatuan--dengan demikian, berat--yang tak seragam. Hasilnya adalah pergerakan lempeng-lempeng tektonik secara bergelombang (undulation) di titik-titik lemah. Titik-titik lemah ini adalah wilayah-wilayah lempeng yang berat atau yang lentur. Maksudnya, ada wilayah-wilayah yang naik dan yang turun, atau titik-titik bengkok, dalam gelombang pergerakan itu. 

Lempeng Indo-Australia memiliki titik-titik bengkok di antara India dan Australia, di dalam Australia itu sendiri, dan di Laut Coral (Lihat Fig. 1 di bawah). Sandy Island berada di Laut Coral, dengan demikian berada di wilayah titik bengkok. Wilayah bengkok, yang memblendung ke atas ini, melurus kembali dalam reaksinya terhadap pergerakan-pergerakan lempeng Indo-Australia selama Tahap 7 sekarang. Demikianlah cara Sandy Island lenyap ke bawah laut. Ini seperti yang terjadi pada sebuah pulau sengketa antara India dan Pakistan yang telah dibahas dalam Penjungkitan Lempeng Indo-Australia : Bukti 2010.

Tentu saja pihak-pihak berwenang kesulitan menjelaskan penyebab lenyapnya Sandy Island karena tidak mau menyentuh-nyentuh masalah pergerakan lempeng Tahap 7. Berikut penjelasan ZetaTalk. 
Penjelasan ZetaTalk 1 Des. 2012 tentang lenyapnya Sandy Island: (terjemahan bebas) Telah kami jelaskan bahwa Lempeng Indo-Australia naik di tepian timurnya, yaitu dimana terletak Australia dan New Zealand, bahwa penggelombangan lempeng untuk sementara waktu akan terjadi di titik-titik lemah pada kerak bumi (lempeng-lempeng tektonik-pen.). 
Bagian Timur Lempeng Indo-Australia 
Credit: whatonearth.olehnielsen.dk
Ujung timur lempeng ini berat, 
  • maka reaksi pertamanya (dalam proses ini) adalah membengkok di Laut Coral, yang tiba-tiba tersembul ke atas tingkat magma. Gerakan ini memberi tekanan pada titik bengkok di Australia, yang juga mulai bengkok. 
  • Reaksi kedua adalah titik lentur di Samudera Hindia di antara Australia dan India, yang memungkinkan bagian lempeng yang menahan India menganjlokkan ujung selatannya, sehingga Sri Lanka turun. 
Gerakan ini memungkinkan ujung timur Lempeng Indo-Australia melurus, sehingga titik bengkok sementara di wilayah Laut Coral lenyap. (Lihat Fig. 1) 
Fig. 1: Penggelombangan Lempeng Indo-Australia
 Credit: zetatalk.com
Selama masa-masa itu, lantai dasar Laut Coral akan melentur ke atas ketika lempeng itu terjungkit lagi, lalu agak merileks ketika magma kembali mengaliri serta menyokong ruang kosong itu, lalu melurus ketika titik bengkok di antara Australia dan india memungkinkan Sri Lanka anjlok turun, lalu menyebar dan mendistribusi kembali magma di bawah Laut Coral yang kini, sekali lagi, telah berubah bentuk. 
Kerak di bawah Laut Coral tidaklah mulus, melainkan tidak rata, sebagaimana yang dapat dilihat manusia. Terdapat gunung-gunung dan lembah-lembah, yaitu tempat-tempat dimana magma dapat terperangkap atau berpusar-pusar, menciptakan aliran-aliran. Maka, sesekali, lantai dasar Laut Coral akan lebih rendah dari sebelumnya, meskipun inipun bersifat sementara saja. Maka, lenyapnya Sandy Island, untuk sementara waktu, adalah logis.
Penjelasan ZetaTalk tentang Laut Coral sebagai sebuah titik lemah di Lempeng Indo-Australia: Lempeng Indo-Australia bengkok di beberapa tempat, karena penjungkitan yang harus dilakukan lempeng ini, yang sedang terdorong ke bawah Himalaya, menjadi ekstrim. Australia bengkok di daratan-daratan rendahnya, seperti yang pernah kami jelaskan, sedemikian rupa sehingga bagian timur lempeng Indo-Australia dapat bertengger di atas magma dan tidak tersembul begitu saja ke udara. Seperti yang pernah kami jelaskan, Lempeng Indo-Australia dianggap merupakan dua lempeng terpisah - satu untuk India dan yang satunya lagi untuk Australia - karena ada sebuah titik bengkok di bagian tengah Lempeng Indo-Australia. Namun lempeng itu bergerak sebagai satu kesatuan. Laut Coral adalah sebuah titik lemah di lempeng tersebut yang telah bengkok baru-baru ini. (ZetaTalk, 27 Nov. 2010)
Apa yang telah terjadi adalah penyesuaian yang lebih dalam pada aliran  magma di bawah lempeng itu, dimana pemblendungan lantai Laut Coral merupakan situasi sementara. Aliran magma kini menyapu ke bawah lempeng yang terjungkit ini, sehingga memulihkan berat di tepian timur lempeng itu, sehingga Laut Coral dapat rileks kembali. (ZetaTalk, 31 Des. 2010)
Ini proses yang berulang-ulang. Lengkungan di bawah Sumatera dan Jawa naik, mengirim arus-arus laut ke Queensland. Lalu magma mengisi di bawah tepian timur Lempeng Indo-Australia sehingga pembengkokan Laut Coral dapat merileks, memungkinkan air-air laut mengalir kembali dan tertahan, untuk sementara waktu--proses penjungkitan. Lalu ini semua berulang. (ZetaTalk, 15 Jan. 2011)
Credit: uwgb.edu

Konfirmasi Ilmuwan Tentang Pergerakan Signifikan Lempeng Indo-Australia
Belum lama ini para ilmuwan dunia (termasuk Indonesia) gencar memberitahu bahwa pergeseran kutub dalam waktu dekat adalah, katakanlah, "dongeng," karena pergerakan lempeng-lempeng tektonik hanya terjadi sekian milimeter per tahun, dengan demikian  pergeseran kutub baru dapat terjadi setelah sekian ribu atau puluhan ribu atau juta tahun ke depan. Kini, mereka tahu--kalau tidak perlu dibilang, mau tidak mau harus mengakui--yang sebaliknya. Berikut dua saja dari sekian banyak berita tentang pengakuan ilmuwan tentang pergerakan signifikan lempeng-lempeng tektonik dunia.

Gempa-Gempa Besar Sumatera, Bagian Dari Perobekan Lempeng Tektonik
Ilmuwan mendokumentasi proses akan terbelahnya Lempeng Indo-australia, sebuah proses epic yang dimulai sekitar 50 juta tahun yang lalu. 
Sumatran quakes in April were part of tectonic plate breakup, September 27, 2012 (articles.latimes) Scientists document an episode in the breakup of the Indo-Australian plate into two pieces, an epic process that began roughly 50 million years ago and isn't done yet.  Planet Earth may be 4.5 billion years old, but that doesn't mean it can't serve up a shattering surprise now and again. 
Such was the case on April 11 when two massive earthquakes erupted beneath the Indian Ocean off the coast of the Indonesian island of Sumatra, far from the usual danger zones. Now scientists say the seafloor ruptures are part of a long suspected, yet never before observed, event: the slow-motion splitting of a vast tectonic plate.
Bumi Menggila di Bawah Samudera Hindia
Ilmuwan menganalisa bahwa aktivitas lempeng Indo-Austrlalia di Samudera Hindia mengindikasikan akan terbelahnya Lempeng Indo-Australia. 
Earth cracking up under Indian Ocean, 26 Sept. 2012 (newscientist): YOU may not have felt it, but the whole world shuddered on 11 April, as Earth's crust began the difficult process of breaking a tectonic plate. When two huge earthquakes ripped through the floor of the Indian Ocean, they triggered large aftershocks on faults the world over, and provided the best evidence yet that the vast Indo-Australian plate is being torn in two. 
Geologists have spent five months puzzling over the twin quakes - of magnitude 8.6 and 8.2 - which took place off the coast of North Sumatra. Events that large normally occur at the boundary between tectonic plates, where one chunk of Earth's crust slides beneath another, but these were more than 100 kilometres from such a subduction zone. What's more, both involved rocks grinding past each other sideways with very little vertical movement - what geologists call strike-slip earthquakes. Yet strike-slip quakes this large had never been reported before. 
Matthias Delescluse at the École Normale Supérieure in Paris, France, and his colleagues have an explanation. They analysed quakes in the area since December 2004, when a magnitude-9.1 quake in a subduction zone near Sumatra triggered a devastating tsunami. They found earthquakes during this period were nearly 10 times more frequent compared with the previous eight years. What's more, 26 of the quakes that happened between December 2004 and April 2011 were similar to the 11 April quakes in that they involved rocks being pushed and pulled in the same directions. 

Sumber: The ZetaTalk Newsletter # 324, Sunday Dec. 16, 2012