Sabtu, 01 Desember 2012

Analisa Prilaku Banjir Indonesia : Pengamblesan Lempeng Sunda

Lempeng Sunda telah diprediksi akan turun sebanyak 24 meter di sebagian besar wilayah Indonesia dengan gejala-gejala berupa banjir-banjir besar yang membandel dan longsor besar-besaran (akibat strata bebatuan yang rontok) serta amlong. Banjir-banjir seperti yang telah diprediksi di Zona Merah prediksi penurunan tanah Indonesia memang terus terjadi. Ketika, pada akhir 2011, pesisir Jawa bagian utara telah ambles 24 meter, Jakarta masih belum mengalaminya. Mengapa banjir-banjir, dengan demikian tingkat pengamblesan, tidak merata di Lempeng Sunda?

Analisa Lempeng Sunda: Pengamblesan Tak Merata, Efek Teh Celup
Pengamblesan Lempeng Sunda yang tidak merata itu telah dianalisa oleh Nancy Lieder, dan sepertinya yang membuat pengamblesan tak merata adalah permukaan lantai dasar laut Lempeng Sunda yang tidak mulus, ada bagian-bagiannya yang berkerut-kerut. Para alien Zeta menjelaskan bahwa karena itulah gerakan lempeng mengombak dan terjadi EfekAkordeon. Secara keseluruan, kondisi-kondisi itu membuat lempeng/tanah menjadi seperti teh celup, menurut istilah Nancy. Berikut ZetaTalk menjelaskan.
[Efek Teh Celup] Ketika berada dalam tekanan, area-area yang sedang ambles terdorong ke bawah, namun ketika tekanan itu mereda, maka ketinggian yang sudah turun akan kembali naik. Sebuah proses pencelupan (dunking), seperti kata Nancy, seperti teh celup yang dimasukkan di dalam air, setiap kali bertahan lama dalam air, semakin banyak pula air yang terserap sehingga makin terbenam ke dalam air. [Terjemahan bebas ZetaTalk 30 April 2011]  
[Labilnya Strata Bebatuan Sumatera dan Jawa] Sumatra dan Jawa tentu saja menunggangi tepian lempeng, dan merupakan bongkahan daratan luas ketimbang akibat tekanan subduksi. Bebatuannya tergerus dari Lempengnya ketika tersubduksi, menciptakan gunung-gunung dari tumpukan puing-puing ini. Maka, Sumatera dan Jawa tidak seperti yang dianggap orang sebagai bebatuan kokoh, melainkan sebuah gundukan, sebuah tumpukan/gundukan puing-puing bebatuan, dengan demikian mudah sekali bergeser/goyah oleh tekanan yang cukup. [Terjemahan bebas ZetaTalk: Indonesia Tongue]
Maka ketika terjadi pergerakan lempeng signifikan, tanah di Sumatera dan Jawa, yang sudah turun besar-besaran dan menjadi sangat gembur, menjadi semakin mudah terbenam lebih dalam.

Analisa Pengamblesan Per Maret 2011 
Hasil pengamatan Nancy per Maret 2011 menunjukkan bahwa Pulau Jawa, yang strata bebatuannya terus rontok sehingga terjadi longsor-longsir, paling parah terkena dampak pengamblesan, dengan arah banjir di pesisir utara dahulu lalu ke selatan. Sedangkan Timor Timur sepertinya relatif tidak terpengaruh. Bandara Soekarno-Hatta, yang berketinggian 34 kaki, masih dapat beroperasi, meskipun laporan pengamblesan tanah Jawa terus berdatangan, termasuk seluruh bagian Jakarta. Di Singapura, bandaranya , yang berketinggian sekitar 20 kaki dpl, juga masih dapat beroperasi. 

 zetatalk.com

Sementara, pantai timur di Semenanjung Malaya terkena dampak pengamblesan lebih awal, lalu di pantai timur Sumatera, lallu pantai barat Semenanjung Malaya dan Sumatera. Mengapa dalam urutan itu?  

 zetatalk.com

Sedangkan di Filipina, bagian tengahnya juga lebih awal terkena dampak pengamblesan dan terus ambles, namun Manila dan pulau Luzon sepertinya hampir tidak terpengaruh. Kepulauan di Lempeng mikro Banda juga terkena dampak lebih awal, namun pulau-pulau di utara lempeng ini, yaitu di Lempeng mikro Maluku baru-baru ini saja mulai ambles. Di Kalimantan, pantai barat atasnya, di teritori Malaysia, juga ambles, namun bagian selatan Kalilmantan sepertinya diperkecualikan.  

 
zetatalk.com

Analisa ZetaTalk terhadap arah pengamblesan yang tak merata dari Lempeng Sunda, 26 Maret 2011 (terjemahan bebas):

"Seperti yang dapat dilihat, lidah lempeng yang menahan Indonesia, yang sering disebut Lempeng Sunda, dianggap memiliki banyak lempeng mikro sebagai bagian dari strukturnya.
Kondisi ini menjadi saksi atas pukulan rutin yang diterima wilayah ini selama pergeseran-pergeseran kutub sebelumnya. 
Lempeng Mikro Sunda

Seperti halnya wilayah Coral Sea dari Lempeng Indo-Australia yang bergerak melentur, dan bagian tengah Australia telah diantisipasi akan melentur, maka strata bebatuan yang membentuk sebuah lempeng bisa MELENTUR, tidak terbelah sepenuhnya.
Bagian ini dapat terdorong ke atas, miring, sementara bagian lainnya ambles selama ada penyesuaian apapun. Namun pada akhirnya seluruh lempeng itu akan menyatu.
Maka, seperti yang telah diperhatikan oleh Nancy, dan sebagaimana yang ditunjukkan dalam laporan Newsletternya, pengamblesan terjadi lebih awal di lempeng minor Banda, sementara lempeng minor Timor dan Maluku MASIH BERTAHAN hingga baru-baru ini saja.

Sementara, seperti terkena hantaman kepala palu, Jawa menerima pukulannya ke bawah lengkungan Lempeng Indo-Australia.
Tingkat peremukan pulau ini yang sedang dialami selama beberapa minggu terakhir ini menunjukkan tekanan itu, karena air laut yang mengintrusi semakin banyak. Penghancuran bebatuan juga tengah dialami. 
Bagian selatan Kalimantan masih bertahan karena berada di atas bagian lidah lempeng yang sangat kokoh, layaknya bagian tangan dari palu.  
Namun Pulau Jawa tidak hanya sedang terdorong ke bawah, tapi juga SEDANG MEMBENGKOK/MELENGKUNG ke bawah.  
Sementara Kep. Filipina berada di sebuah tempat di lidah lempeng dimana lempeng mencoba mengatasi tekanan dari Lempeng Pasifik dengan membengkok ke bawah, di bagian tengah Filipina. Pembengkokan tertentu ini juga mempengaruhi bagian barat laut Pulau Kalimantan, yang telah mengalami pengamblesan lebih awal.  
Prediksi-prediksi awal kami untuk pengamblesan lidah lempeng adalah pengamblesan yang akan terjadi secara tiba-tiba, yang diiringi oleh tsunami yang melaju ke utara ke pesisir Filipina dan selatan China.
Aktifitas ini masih akan terjadi!
Telah kami gambarkan pengamblesan lidah sebagai sebuah proses yang dimulai dengan lambat, lalu menambah kecepatan.
Pengamblesan sekarang baru kurang dari SETENGAH dari yang telah diantisipasi, per tanggal penulisan penjelasan ini, 20 Maret 2011, yang setara dengan Minggu ke-12.
Dan kalau pengamblesan selama ini terjadi secara tidak seragam, pengamblesan itu akan terus menunjukkan penyimpangan-penyimpangan. 
 Ketika kami memberikan estimasi pengamblesan sebanyak 80, 60, 40 dan 20 feet, kami sudah pastinya tidak memberi kepastian tentang mana lokasi yang akan turun sebanyak itu. Ada tempat-tempat yang akan turun hingga level itu, sementara yang lainnya dimana terjadi pengerutan, tingkat pengamblesannya lebih sedikit.
Peristiwa ini masih terus mendatangi, dan tidak dibatalkan!"

Akankah Ada Pengamblesan Signifikan Yang Mendadak? 
Pada 5 Maret ZetaTalk menyatakan bahwa pengamblesan di Lempeng Sunda telah berjalan selama 10, atau mungkin 15, Minggu. Nancy mencurigai kemungkinan adanya pengamblesan mendadak di penghujung proses. Berikut penjelasan ZetaTalk.

[Terjemahan bebas ZetaTalk 5 Maret 2011

"Ketika pengombakan lempeng dimulai segera setelah lidah lempeng yang menahan Indonesia (Lempeng Sunda) mulai ambles, kami memberi tahu publik.  
Malahan, pada 31 Des. 2010,  kami nyatakan bahwa pengamblesannya akan berlangsung selama 2-3 minggu. Kini pengamblesan itu telah berjalan 10 minggu, dan terus berjalan. 
Pengombakan lempeng adalah aktifitas yang tidak berhenti, begitu dimulai, karena ada momentum di sini.
Pengamblesan hanya akan mulai lagi, ketika lengkungan Lempeng Indo-Australia di bawah Jawa dan Sumatera terangkat, yang hanya bagian dari proses pengombakan itu, masalah minor saat itu. 
Aktifitas ini dapat dihitung jika orang mau memeriksa dokumen yang diberikan oleh Nancy Lieder tentang pembacaan data buoy.

Kalau pengangkatan lempeng tersebut berlangsung selama satu atau dua hari paling lama, maka periode waktu ketika lengkungan tersebut tertekan lagi ke bawah adalah satu minggu.
Maka, pengamblesan itu dapat diasumsikan berproses hanya 1/5 dari waktunya, yaitu 2-3 minggu, sehingga memakan waktu 10 minggu, dan tingkat kecepatan proses in berasumsikan tanpa gangguan lain pada proses pengamblesan."
[Terjemahan bebas Indonesia Tongue
Semenanjung Malaysia merupakan daratan rendah.
Penurunan berapapun pada ketinggiannya dari muka laut akan sangat merusak. Demikian pula Singapura, yang akan menerima tragedi ganda, karena berada di antara Sumatera yang sedang rontok dan Malaysia yang sedang ambles.
Namun Sumatera dan Jawa tidak akan sepenuhnya ambles, karena memiliki tanah-tanah yang tinggi.
Demikian pula Kalimantan, yang memiliki tanah-tanah yang tinggi, yang akan selamat bahkan dari gerusan air laut yang menyapu dari Samudera Pasifik selama jam Pergeseran Kutub. Namun selama pergerakan lempeng yang akan mendorong turun ketinggian beberapa pulau di Indonesia, banyak pulau-pulau kecilnya, serta pesisir-pesisir di pulau-pulau besarnya, yang akan mengalami penurunan ketinggian dari muka laut, secara tiba-tiba. 
Dalam hal Singapura berada di daratan rendah, negeri ini juga akan tiba-tiba kebanjiran."

ZetaTalk ™ October, 2010