Baca juga:
Pengamblesan 24 meter yang telah diprediksi untuk beberapa wilayah Lempeng Sunda, yang disebabkan oleh ambrolnya strata bebatuan dan membawa banjir dari laut akibat muka daratan yang telah lebih rendah dari muka air laut, tentunya juga berdampak pada penurunan tanah Jakarta, pengamblesan Jakarta (Jakarta sinking), yang akan mencapai 24 meter.
Berikut adalah peta proyeksi wilayah Jakarta yang banjir dari laut jika baru ambles 10 feet (sekitar 3 meter) dan 20 feet (sekitar 6 meter), dan 40 feet (sekitar 8 meter).
Zona Merah Jakarta 3m, 6 meter, dan 8m
(wilayah-wilayah ambles jika tanah turun baru 3m, 6 meter, dan 8m )
Jakarta yang terancam tenggelam semakin menjadi sorotan media-media massa semenjak Jl. RE Martadinata ambles pada 2010. Penyebab sesungguhnya penurunan tanah Jakarta--penurunan Lempeng Sunda--tentu saja, tidak pernah disebut-sebut, meskipun beberapa gejalanya disebutkan seperti yang dikutip dari berita di bawah ini: "Penyebabnya, permukaan tanah terus menurun, banjir rob atau air laut pasang kerap menerjang, banjir kiriman rutin datang, proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut, serta arus laut yang bersifat merusak (abrasi)."
Rawan Amblas, Jakarta Terancam Tenggelam, 20 Sept. 2010. "Sebagian besar Kota Jakarta diprediksi akan tenggelam atau ditelan laut pada 2050." (vivanews) Amblasnya jalan RE Martadinata sepanjang 103 meter, Jakarta Utara merupakan peringatan bagi pemda Jakarta. Bahkan, para pakar dan aktivis lingkungan sudah mengingatkan ancaman lebih besar terhadap Jakarta, khususnya Jakarta Utara. "Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) sudah memperingatkan Jakarta akan tenggelam jika Pemda Jakarta tidak peduli dengan pembangunan yang mengabaikan lingkungan," ujar Selamet Daroyni, direktur Keadilan untuk Perkotaan Institut Hijau Indonesia kepada VIVAnews.com di Jakarta, 19 September 2010. ...Penyebabnya, permukaan tanah terus menurun, banjir rob atau air laut pasang kerap menerjang, banjir kiriman rutin datang, proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut, serta arus laut yang bersifat merusak (abrasi).
Seperti yang dilaporkan di bawah, penurunan tanah Jakarta telah terjadi sejak 1974, namun tingkatnya kini lebih cepat dari perkiraan. Tingkat penurunan paling parah terjadi di Jakarta Utara dan Jakarta Barat sejak 1974. Beberapa tempat di Jakarta telah ambles antara 1.88 dan 4 meter. Berita ini juga menunjukkan bahwa penurunan tanah telah melampaui turap kanal banjir dan pintu air.
Port Road Continues Falling Apart, February 12, 2011 (thejakartaglobe): Just two months after it reopened following repairs, Jalan R.E. Martadinata in Ancol, North Jakarta, is collapsing at several points along its southern section. Authorities blamed the collapse of the 20-year-old road on the erosion of the supporting piles by tidal surges. It could be seen that several sections of Jalan Martadinata had subsided into the river, which runs along the right side of the road. The land subsided faster than expected. Parts of North and West Jakarta have experienced some of the worst rates of land subsidence in the city since 1974. The worst-hit areas are Muara Baru and Ancol, both in North Jakarta, which have sunk by 4.1 meters and 1.88 meters respectively during this time. In West Jakarta, the land has subsided by up to 2.5 meters in West Cengkareng and 1.97 meters in Daan Mogot.
Ancaman Tenggelam Sudah Bayangi Jakarta? "Bila pintu air dibuka, bencana Situ Gintung bisa terulang." (vivanews) Jakarta tenggelam akibat penurunan permukaan tanah atau land subsidence ternyata bukan ancaman lagi. Fenomena itu sudah terjadi pada beberapa lokasi. ...Apalagi, hampir 50 persen wilayah Jakarta sangat rawan amblas, khususnya Jakarta Utara. ..."Balok jembatan di Jakarta Utara sudah hampir menyentuh air. Itu bukan karena airnya naik, tapi juga karena tanahnya sudah turun. Kalau dibiarkan, Jakarta tenggelam," ujar Pitoyo saat berbincang dengan VIVAnews.com. Sinyalemen itu dikukuhkan peneliti geodesi dari Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas. Dia menjelaskan, penurunan permukaan tanah tidak hanya terlihat dari anjloknya jembatan saja. Dia mencontohkan, salah satu lokasi yang telah diteliti timnya adalah Pintu Air Pasar Ikan, Jakarta Utara. Kini air laut di kawasan itu telah mencapai dua meter. "Bila pintu air dibuka, bencana Situ Gintung bisa terulang," katanya. Data JDCS juga menyebutkan, penurunan permukaan tanah Jakarta sudah terjadi sejak 1974 dan akan terus terjadi. Data terbaru 2010 menyebutkan sebanyak 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut.Jalan RE Martadinata Ambles Lagi, 11 Februari 2011
Pada 11 Februari 2011, Jalan RE Martadinata kembali ambles, namun kali ini di depan Stasiun Ancol, Pademangan Timur, sepanjang 30 meter, setelah pertama kali ambles, sedalam 7 meter, pada September 2010, di bagian jalan yang menuju Pelabuhan Tanjung Priok sepanjang 30 meter. Sebelumnya, para pakar sedang mengkhawatirkan nasib tujuh jembatan yang terancam ambruk akibat penurunan tanah.
Ancaman Tenggelam Sudah Bayangi Jakarta? (vivanews) Jumat, 11 Februari 2011 Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara kembali ambles. Lokasinya berada di depan Stasiun Ancol, Pademangan Timur, Pademangan, Jakarta Utara. Jalan yang ambles sepanjang kurang lebih 30 meter. Menurut Muchtar, 42 tahun, warga Pademangan, terdapat sejumlah celah pada jalan yang ambles itu. Terlihat pula rongga antara tanah dan lapisan beton jalan. Selain jalan, kata Muchtar, tanggul yang membatasi jalan dengan Kali Ancol juga mengalami penurunan lebih dari 40 sentimeter. Terlihat juga celah antara tanah dan beton jalan pada patahan jalan tersebut.
Seven Bridges in Jakarta Still Worthy: Official, February 09, 2011: http://www.beritajakarta.com/2008/en/newsview.aspx?idwil=0&id=18063: Research by the Coastal Defence Starategy Jakarta (JCDS) consortium reveals, seven bridges in Jakarta have experienced decline due to land subsidence. The seven bridges are Kamal Muara, Ancol, North Pluit, Mutiara Beach (North Jakarta), Mangga Dua, Mangga Besar (West Jakarta), and Gunung Sahari (Central Jakarta) Bridges. The decline of the bridges, explained Novizal, was partly because of the surface of the river water getting closer to the bridges. The drop of North Pluit and Muara Angke bridges was more due to the water surface already level with the surface of the bridges.Banjir Jakarta 14-16 Februari 2011, Curah Hujan Kecil
Lalu pada 14-16 Feb. 2011, banjir melanda Kota Jakarta, yang dilaporkan memiliki ketinggian sekitar 7 meter di atas permukaan laut (dpl), sementara curah hujan sangat kecil pada 6-17 Feb. 2011, 0.02-0.05 inci. Ini salah satu pertanda bahwa pengamblesan Lempeng Sunda sedang berproses. Sesungguhnya, ini kasus luar biasa bagi Jakarta, tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Curah Hujan Kecil Sekali
6-17 Februari 2011, 0.02-0.05 inci
credit: zetatalk.com
Banjir yang melanda pada 14-16 Feb. 2011 dilaporkan mencapai ketinggian paha orang dewasa di banyak tempat di Jakarta dan tidak juga surut, karena sistem pembuangan dan sungai telah setinggi muka laut, dengan demikian pemompaan air banjir tidak bekerja dengan baik. Menjelang 16 Feb. 2011, banjir telah merambah wilayah Jakarta Selatan, yang notabene ketinggiannya lebih dari wilayah Jakarta Utara dan Barat. Pengamblesan tanah Jakarta terjadi secara tak merata.
- 14 Feb. 2011: Banjir Cempaka Putih setinggi 30 cm. Air bahkan mencapai lutut orang dewasa. Karena genangan air sampai saat ini belum surut, pengguna jalan diminta untuk waspada. (tempointeraktif)
- 14 Feb. 2011: Banjir Cempaka Putih setinggi paha orang dewasa (arsipberita)
- 14 Feb. 2011: Banjir di Cempaka Putih dan Sunter 2011 setinggi lutut orang dewasa (poskota)
- 14 Feb. 2011: Banjir Komp. Sekneg, Cempaka Putih (liputan6)
- 14 Feb. 2011: Banjir Jl. A Yani, Jl. Pramuka, Jl. Kramat Raya, setinggi 15-30 cm (okezone)
- 14 Feb. 2011: Banjir Pulomas menunda 50 persidangan di Kantor Pengadilan Jakarta Timur (tempointeraktif)
- 14 Feb. 2011: Banjir di Kel. Kamal, Kalideres, setinggi lutut orang dewasa (wartanews)
- 14 Feb. 2011: Banjir Jakarta belum juga surut (jempol
- 15 Feb. 2011: Banjir Jl. Gn. Sahari, Jl. Lodan, Jl. RE Martadinata (beritajakarta)
- 15 Feb. 2011: Banjir WTC Mangga Dua setinggi 20-50 cm, Gn. Sahari lumpuh (vivanews)
- 15 Feb. 2011: Banjir Kramat Pulo, Senen, mulai surut tapi masih setinggi 30-60 cm (liputan6)
- 15 Feb. 2011: Banjir Ancol setinggi 50 cm (beritajakarta)
- 15 Feb. 2011: Banjir WTC Mangga Dua setinggi 40 cm juga dari gelombang pasang laut (okezone)
- 16 Feb. 2011: WTC Mangga masih banjir(tempointeraktif)
- 16 Feb. 2011: Banjir Kamal Raya membuat macet jalan menuju Bandara Soetta (beritajakarta)
- 16 Feb. 2011: Banjir Kavling Polri dan Jl. Saco Ragunan, Jakarta Selatan, setinggi 50 cm, dan Jl. Condet: (beritajakarta)
Sejak pengamblesan tanah Jakarta yang mulai terjadi pada 2010, setiap kali banjir parah di jalanan menuju Bandara Soekarno hatta, Bandara Soekarno-Hatta belum pernah ditutup, bahkan pada 2008, ketika turap kanal banjir ambrol dan banyak pesawat yang dialihkan karenanya. Wilayah bandara tersebut hanya setinggi 10 meter dpl. Meskipun telah diberi pengaman dengan sea wall dan pintu-pintu air, bandara ini beresiko tinggi dalam pengamblesan tanah Jakarta sebanyak 24 meter.
Zona Merah 3 Meter (10 foot) Jakarta
(wilayah-wilayah ambles jika tanah turun baru 3 meter)
Bandara Soetta terendam air
Tidal Flood Wreaks Havoc on Flight Plans, May 9, 2008 (thejakartapost): Would-be airline passengers ride a Marines truck through a flooded toll road to Soekarno-Hatta International Airport, Jakarta, on Thursday. The flood, the second so far this year, was triggered by a high tide in nearby Jakarta Bay, which smashed flood dikes along the road. A tidal flood Thursday morning saw the temporary closure of the toll road between Soekarno-Hatta International Airport and Jakarta, resulting in dozens of flight delays. Meanwhile, alternatives to Jakarta's Soekarno-Hatta International Airport are being publicized.
Indonesia Studies Building New Airport for Jakarta , January 7, 2011 (mobile.reuters): Indonesia's government is reportedly considering building at least one new reliever gateway for Jakarta's Soekarno-Hatta International Airport in a bid to cope with rising demand. More than 35 million passengers used Soekarno-Hatta in 2010, and with throughput rising by 15% to 20% every year, the government is considering a host of infrastructure development options to ensure that Indonesia can handle the growth. In addition to building a new greenfield airport, it is believed that the government is considering commercialising Jakarta's existing Halim military airport and a police airport.
Sumber:
Jakarta At Risk, 20 Feb. 2011
Jakarta Articles February 14-16, 2011